TABLOIDSINARTANI.COM, Banten — Banten adalah Provinsi di ujung paling barat pulau Jawa yang menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menempati posisi kesembilan sebagai produsen beras nasional pada tahun 2020. Dengan luas panen 325.333 ha, Provnsi Banten mampu menghasilkan padi 1.655.170 ton GKG (Gabah Kering Giling) atau setara 937.815 ton beras.
Pada masa lalu, Banten berhasil swasembada beras dan menjadi salah satu eksportir beras terkuat di Asia Tenggara tepatnya pada masa Kesultanan Banten dan Kesultanan Banten mengalami puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa periode 1651-1682. Pada masa ini Kesultanan Banten tumbuh menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan tidak hanya oleh raja-raja di Asia Tenggara tetapi juga oleh para penguasa dan saudagar dari Eropa, Asia Selatan, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Kemajuan itu ditopang oleh sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian.
Mufti Ali, Ph.D menjelaskan bahwa kemajuan pertanian pada masa Sultan Ageng Tirtayasa ditandai dengan Banten sebagai salah satu pelabuhan terpadat di Asia Tenggara. “Lada sebagai hasil panen unggulan menjadi daya tarik pedagang ke Banten. Sehingga ekonomi rakyat kala itu terus tumbuh. Belum lagi perhatian Sultan Ageng Tirtayasa untuk memajukan pertanian Banten seperti melakukan pembangunan kanal, pencetakan sawah baru, inovasi teknologi tepat guna, dan pembangunan permukiman petani”, terang sejarawan Banten ini.
Salah satu inovasi Sultan Ageng Tirtayasa dalam tata ruang wilayah adalah pencetakan ribuan hektar sawah baru di sepanjang kanal yang baru dibuatnya. Pencetakan sawah tersebut diawali dengan pembabatan hutan terlebih dahulu dan kemudian membuat ratusan ribu petak-petak lahan. “Ribuan tenaga kerja dikerahkan setiap hari dan bila ketinggian lahannya tidak dimungkinkan dialiri air maka kincir air dipasang di daerah-daerah tersebut” ujar Mufti.
Sultan Ageng Tirtayasa juga melaksanakan pemindahan penduduk Banten secara besar-besaran dari Kota Banten ke daerah-daerah yang dilalui oleh kanal demi pertanian dan sekaligus juga pertahanan. “Pada 1659, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil membangun pemukiman pertanian di sepanjang Daerah Aliran Sungai Cisadane sebanyak 20.000 orang dipindahkan ke lebih dari 5.000 hektar lahan pertanian” tutup Mufti
Karya Sultan Ageng Tirtayasa yang sangat luar biasa dapat menjadi contoh untuk pemerintah saat ini dalam proses pembangunan pertanian yaitu pembuatan lahan pertanian dan pemasaran produk pertanian yang di iringi dengan memastikan infrastruktur dan tenaga kerja untuk mengelola lahan.
===