infomitratani.com, Pandeglang—Musim panen tiba, petani di Kecamatan Sobang dan Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten berharap pemerintah, khususnya Bulog bisa menyerap gabah petani. Pasalnya, saat ini harga gabah di petani berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).
Kaisan, anggota Kelompok Tani Ranca Teras, Kecamatan Panimbang, Kamis (4/3) mengatakan, saat ini harga gabah kering panen Rp. 3,300 – 3.500/kg. Harga tersebut tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani dari mulai kebutuhan pupuk sampai tenaga kerja panen.
“Petani sih tidak kapok, meski harga turun, karena sudah kerjaannya bertani. Tapi tolonglah kalau musim panen persiapan untuk penampungan gabah hasil panen petani dengan harganya biar standar supaya petani ada lebih,” ujarnya.
Hal tersebut diperparah dengan banjir yang sempat merendam saat padi baru ditandur, sehingga mengakibatkan gagal tanam. Kejadian itu bukan hanya sekali, tapi berulang sampai tiga, bahkan ada yang empat kali tandur.
Hal senada diungkapkan Handoyo, petani desa Bojen Kecamatan Sobang. Ia mengatakan, saat ini para pengepul yang membeli gabah hasil panen petanipun berkurang. Pengepul yang biasanya berbondong-bondong datang dari berbagai wilayah kini berkurang drastis.
“Biasanya kalau musim panen begini pengepul dari luar wilayah Pandeglang banyak yang datang, bisa sampai ratusan. Sekarang mah satu dua orang itupun pengepul lokal,” ucapnya.
Menurut Edy Kusnadi, pengepul beras setempat harga gabah turun karena hukum pasar. Jika barang banyak, maka harga turun. Apalagi, pasar untuk kebutuhan beras menurun karena daya beli masyarakat turun karena banyak bantuan dalam bentuk beras yang mana berasnya tidak 100 persen diambil dari Kabupaten Pandeglang.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Budi S Januardi mengungkapkan, sebetulnya pemerintah telah mengatur harga jual gabah petani. Namun karena kultur petani Kabupaten Pandeglang panen langsung menjual membuat pemerintah tak bisa hadir disitu dan harga gabah mengikuti harga pengepul.
“Setiap tahun selalu terjadi harga turun. Tapi sebetulnya kan sudah ada Permendag 2020. Tapi dengan standar kualitas tertentu, terutama kadar air. Sementara petani di Pandeglang begitu panen langsung jual, ingin buru-buru jadi duit,” tutur Budi.
Menurutnya, ada pula petani yang dari awal sudah dibiayai pengepul, sehingga posisi tawarnya lemah dan tak bisa menjual kemana-mana. “Jika sudah seperti ini, maka harga ditentukan pengepul,” ujar Budi yang mendampingi Kepala Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor Yusral Tahir panen di Pandeglang.
Selain alasan tersebut, Budi menyebut bahwa petani banyak yang tidak punya dryer dan lantai jemur. Dengan demikian, jika dibiarkan terlalu lama, maka gabah akan turun kualitasnya bahkan bisa rusak.
Budi mengungkapkan, luas panen musim tanam I (MT I) 2021 di Kecamatan Sobang 1.113 hektar (ha) dengan produksi 6.030 ton dan Kecamatan Panimbang luas panen 2.866 ha produksi gabah kering panen 15.528 ton.
Secara keseluruhan luas panen Pandeglang pada Maret ini mencapai 21.337 ha. Terdiri dari padi sawah 19,838 ha dengan perkiraan produksi gabah kering panen 117.990 ton dan 1.499 ha padi gogo dengan perkiraan produksi 5.714 ton.
Menghindari ijon Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) memberikan saran agar petani memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian. Kehadiran KUR, menurut SYL adalah salah satu upaya negara untuk memastikan kesejahteraan bagi petani di seluruh Indonesia dan membangun pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, petani abad 21 di era digital 4.0, kolotnial maupun milenial, hendaknya tidak lagi berfikir “tanam, petik lalu jual”.
Ia mendorong petani mengubah semangat dan etos kerja, dari sekadar bertani menjadi pengusaha dengan membentuk korporasi. Didukung dengan inovasi dan mekanisasi, maka petani akan menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis bukan sekadar bertani.
sumber : TABLOIDSINARTANI.COM