Gunung Kidul: Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggalakan penanaman kedelai baik pada musim hujan maupun musim tahap kedua dan musim kemarau dalam rangka mendukung pemerintah mengurangi impor kedelai.
Kasie Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunung Kidul Adinoto mengatakan secara keseluruhan pada musim tanam pertama, luas tanam kedelai di Gunung Kidul seluas 142 hektare.
“Pada musim kedua penanaman akan ditingkatkan menjadi sebanyak 3.000 hektare melalui pengembangan kedelai bantuan pemerintah,” kata Adinoto, dikutip dari Antara, Rabu, 13 Januari 2021.
Pada musim kedua nanti, lanjut Adinoto, akan ditambah dengan pertanaman swadaya. Sehingga diharapkan target produksi kedelai di Gunung Kidul pada 2021 sebanyak mencapai 5.000 ton wose dapat tercapai.
Adapun kedelai yang dipanen pertama di 2021 dilaksanakan oleh P4S Amulat Kelurahan Bleberan. Kedelai yang dipanen berjenis Dega-1.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto mengatakan varietas Dega-1 merupakan kedelai unggul hasil persilangan kedelai jenis Grobogan dan jenis Malabar. Kedelai Dega-1 memiliki umur panen 70 hari, berbiji besar, dengan potensi hasil 3,1 ton wose per hektare.
“Harapannya, kedelai baru ini dapat disukai para petani,” harap Bambang Wisnu.

Sementara itu, Pengelola P4S Amulat Sumari mengatakan luas kedelai yang dipanen mencapai satu hektare. Lahan ini merupakan kebun percontohan P4S Amulat. Hasil ubinan dari Kedelai Dega-1 menunjukkan hasil 2,8 ton berat polong, atau jika dikonversi menjadi 1,55 ton wose.
“Hasil ini memang belum optimal dikarenakan ditanam secara tumpangsari dengan jagung dan ubi kayu. Meski demikian secara pendapatan petani akan lebih tinggi karena masih mendapat hasil dari jagung dan ubi kayu. Apalagi saat ini harga kedelai konsumsi mencapai Rp10 ribu kilogram,” kata Sumari.