TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta—Memasuki musim kemarau yang diprediksi puncaknya pada Agustus 2021, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta pemerintah daerah mengantisipasi sejak dini. Diantaranya dengan menggelar gerakan percepatan tanam dan mengoptimalkan penyerapan gabah petani.
Permintaan tersebut disampaikan SYL saat menggelar rapat koordinasi dengan seluruh dinas pertanian se Indonesia, perbankan dan stake holder via daring di Agriculture War Room Kementan, Selasa Pagi (20/4). “Curah hujan masih tinggi, jadi bisa kita manfaatkan air yang ada, kita harus kejar target,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi juga meminta di semua daerah untuk mulai kejar Musim Tanam II di di bulan April September. “Mohon lahan-lahan yang sudah dipanen segera lakukan percepatan tanam lagi supaya bisa capai target,” katanya.
Pada periode Januari-Juni 2021 Kementan menargetkan luas panen 6,07 juta ha dan produksi beras sekitar 17,81 juta ton. Jika target itu tercapai pertengahan tahun 2021 kita akan surplus 10 juta ton beras. Target musim tanam kedua, luas panen Juli – Desember 2021 sebesar 4,55 juta ha dengan produksi beras setara 13,61 juta ton beras. Total surplus tahun 2021 sebesar 9,16 juta ton.
“Dengan adanya surplus ini diharapkan seluruh pihak stake holder (Kostraling), BULOG, dan perbankan bisa berperan aktif untuk mendukung penyerapan gabah yang ada,” kata Suwandi.
Harga Gabah
Terkait harga gabah, Mentan SYL berpendapat dinamika ini adalah hal yang lumrah saat panen raya. Ada beberapa hal seperti kualitas gabah yang turun karena curah hujan yang masih banyak dan stok yang melimpah hampir didaerah sentra.
Namun SYL menilai itupun hanya diberapa tempat. Sebagai solusinya mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu meminta pemerintah daerah mengalokasikan pembelian gabah milik petani bersama Kostraling (Komando Strategi Penggilingan Padi). “Kita harus menunda jual gabah, kenapa karena jika kita jual dengan kualitas rendah otomatis harga akan anjlok,” ujarnya.
Untuk itu menurut SYL, harus ada usaha untuk mengeringkan agar didapat harga yang pantas. SYL juga meminta Perpadi dan Kostraling bisa membeli gabah petani sebanyak-banyaknya dengan harga pembelian pemerintah (HPP), tidak boleh di bawah itu. “Jika ada yang coba-coba mempermainkan harga, saya tidak segan untuk menindak dengan menurunkan Satgas Pangan,”tegasnya.
SYL meningatkan, ke depan akan ada hal yang lebih penting yaitu menghadapi kebutuhan pangan. Apalagi banyak pakar memprediksi harga pangan dunia akan naik karena banyak negara yang gagal panen. Bahkan beras Indonesia nantinya akan menjadi rebutan negara lain.
“Untuk itu kita harus menciptakan kantong-kantong pangan didaerah. Dengan membeli gabah petani lokal kita bisa dapat dua manfaat. Pertama bisa menstabilkan harga, kedua cadangan pangan masyarakat bisa terjaga dengan baik,” ungkapnya.
Suwandi menambahkan, memang panen rata terjadi di Maret-April. Namun demikian pada April masih ada panen di 77 kabupaten dan 160 kecamatan. Karena itu perlu dilakukan Langkah strategis penyerapan gabah petani
“Terima kasih kepada petugas informasi pasar yang telah menyampaikan kondisi harga secara online harian. Bapak Mentan sudah bersurat ke Bulog, Gubernur, Bupati untuk serap gabah stabilisasi harga,” ujarnya.
Pemerintah Pusat pun telah bergeak membentuk tim Gerakan Serap gabah Petani (GSGP) bersama Kostraling, RNI, Bank Himbara, TNI, Dinas Pertanian dengan ditandai komitmen kerja sama serap gabah yang sampai saat ini telah realisasi 918.628 ton GKG dan 80.600 ton beras.