TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta — Banyak sukanya ketika mengajak petani menanam padi hibrida, namun tantangannya cukup berat karena merubah budaya petani dan pedagang gabah juga beras yang baru mengenal gabah dari padi hibrida .
Di banyak tempat, padi hibrida bisa tumbuh baik dengan hasil yang menggembirakan. Baik di lahan sawah berigrasi, sawah tadah hujan, bahkan sawah yang agak kekurangan air.
Ayub Darmanto, Direktur Utama Primasid Andalan Utama mengungkapkan padi hibrida Mapan di Aceh bisa menghasilkan lebih 10 ton GKP (Gabah Kering Panen) per ha di Aceh. Di Bengkulu hasilnya 11 ton GKP per ha.
“Menanam padi mapan lebih mudah. Bulirnya lonjong. Aromanya tidak terlalu menyolok. Ada wanginya tetapi tidak terlalu menyolok. Kalau terlalu wangi juga nggak enak, kata orang Jawa enek,” tambahnya.
Ciri padi hibrida yang sehat, daun benderanya panjang, menjelang panen masih relatif hijau dan yang paling penting adalah daun benderanya tegak dan berdiri, sehingga burung susah masuk ke dalam untuk memakan bulir bulir padi. Sehingga daerah daerah yang banyak masalah burung, petani lebih menyenangi padi Mapan karena daun benderanya yang cukup panjang dan tegak.
Di daerah Lampung, ada daerah yang air irigasinya agak susah, namun padi hibrida Mapan berkembang cukup banyak, tanahnya cocok dan adaptif di Lampung. Ada daerah daerah yang agak susah airnya, ternyata padi hibrida Mapan agak adaptif terhadap kekeringan.
Di Bali dan Jawa Tengah, tepatnya dii Kabupaten Banyumas, pertumbuhan padi Mapan cukup bagus, produktivitas 10,3 ton GKP per ha.
Padi Hibrida Mapan juga bisa dikembangkan di daerah daerah yang irigasinya mengandalkan tadah hujan. Di daerah ini petani membutuhkan varietas varietas yang umurnya agak genjah. Di Jawa Timur dan Bengkulu misalnya, dengan padi genjah setelah panen, masih bisa tanam palawija atau kangkung atau Jagung. Selisih umur sekitar 20 hari lebih cepat.
Di NTB Lombok, padi hibrida mapan masih terus berkembang sampai sekarang. Karena bagus mereka tidak percaya kalau padi hibrida ini tidak bisa ditanam lagi. Mereka pasti akan tanam lagi. Setelah mereka tahu bahwa hasilnya berkurang, mereka coba lagi, tapi masih skala kecil. Setelah mereka tahu hasilnya bagus, akhirnya mereka baru mau berubah menggunakan benih hibrida.
BACA JUGA:
Untuk terus mengajak petani, pedagang dan masyarakat mengenal padi hibrida, Ayub menjelaskan biasanya melakukan pertemuan saat panen. Dia undang Ketua Ketua Poktan, PPL, BPP, UPTD, bahkan Camat, atau kalau skala panennya luas, diundang Bupati. Mereka semua diajak sama sama melihat hasilnya. Kita percaya seing is believing. Apa yang petani lihat itu yangdia yakini dan percaya. Melihat padi yang dipanen dan merasakan berasnya. Nasi dari padi hibrida Mapan pulen, putih dan ada beraraoma.
Kadang kadang ada kendala dari pedagang dalam perdagangan gabah dan beras dari padi hibrida. Kalau berasnya belum diketahuin, yang kasihan petani, karena petani istilah mereka itu jenis baru, sehingga kadang kadang harganya direndahin, itu petani yang paling takut. Maka kita lakukan penyuluha. Kalau mereka sudah merasakan, para pedagang ternyata berani bayar lebih mahal. Gabahnya dibeli Rp 200 lebih mahal per kg, dan berasnya Rp 1000 lebih mahal per kg.
Kendalanya dalam menyuluhkan padi hibrida, produksi benihnya baru 600-800 kg yang tertinggi 1,6 ton perha. Di China bisa 2,5 sampai 3 ton per ha. Sekarang sudah naik, rata rata kita masih di bawah 1,5 ton per ha. Harga benih padi hibrida pun jadinya masih mahal bagi petani.
Pandangan petani terhadap padi hibrida menurut Ayub secara umum masih belum bisa menerima dengan baik, ada yang trauma dari kalangan petani maupun pedagang. “Kita bina terus, mereka mulai tahu, walaupun permsalahannya masih banyak,” tambahnya.
Harapan Ayub ada dukungan dari pemerintah dan insastansidalam produksi benih, untuk sosialisasi pemahaman teknik budidaya padi hibrida. “Rekan rekan penyuluh bisa mempelajari dan mengerti padi hibrida. PPL terus membantu petani di lapanagn. Kita terus melibatkan peyuluh untuk sosialisasi padi hibrida,” tambahnya.
Kalau ada bantuan atau subsidi benih Ayub berharap bantuannya bisa tepat sasaran, tepat waktu, sehingga betul betul bisa dirasakan petani.
–+
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/