TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta—Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi pangan. Dibandingkan memperluas areal, peningkatan produktivitas tanaman relatif lebih mudah. Salah satunya dengan menggunakan padi hibrida yang sudah teruji produktivitasnya lebih tinggi ketimbang padi inbrida.
Profesor Riset Balai Besar Pengambangan dan Penelitian Padi (BB Padi) Badan Litbang Pertanian, Dr. Ir. Satoto, MP mengakui, selama ini tantangan dalam peningkatan produksi pangan salah satunya lahan relatif tetap, sementara permintaan terhadap pangan terus meningkat. Dalam beberapa hal ternyata peningkatan produktivitas lebih sederhana dibandingkan perluasan lahan atau cetak sawah baru.
“Karena itu pilihan peningkatan produktivitas bisa dijadikan pilihan utama,” kata Satoto saat FGD Peningkatan Produksi Pangan Ramah Lingkungan yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (14/4).
Satoto menilai, produktivitas padi di Indonesia sudah sulit ditingkatkan hanya dengan mengandalkan varietas padi sawah inbrida yang ada sekarang. Satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas padi dan mendukung swasembada beras berkelanjutan yaitu dengan memanfaatkan gejala heterosis melalui pengembangan padi hibrida.
Menurutnya, memang diawal pengembangan padi hibrida mulai dicoba varietas unggul hibrida (VUH) introduksi, tetapi ternyata tidak tahan terhadap hama dan penyakit padi di tropis. Namun pada 2006, Satoto mulai melakukan perakitan VUH berbasis plasma nutfah nasional dan menghasilkan 17 VUH dan 12 diantaranya telah menjadi inovasi melalui lisensi.
“Ke depan perakitan padi hibrida akan difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui perakitan padi hibrida inter-subspesies dan inisiasi metode dua galur di lahan irigasi, tadah hujan, dan lahan kering yang potensinya sekitar 4 juta hektar,” tuturnya.
Satoto menyatakan, berdasarkan parameter biofisik untuk pengembangan padi hibrida, lahan potensial di Jawa dan Bali ada seluas 1,6 juta ha. Di lapangan, VUH dapat memberikan keunggulan hasil gabah antara 1-1,5 ton lebih tinggi dari varietas padi sawah inbrida. Dengan demikian penanaman VUH seluruh lokasi potensial dapat memberikan tambahan produksi padi sekitar 1,6 juta ton gabah.
“Pengembangan VUH rakitan dalam negeri dan varietas introduksi yang adaptif terhadap lingkungan tumbuh di Indonesia dapat menjamin tercapainya swasembada beras berkelanjutan, mandiri, dan berdaya saing global,” tuturnya.
Menurut Satoto, pada kondisi produktivitas padi inbrida sudah sulit ditingkatkan, pengembangan varietas unggul padi hibrida berperan penting dalam peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Untuk itu, perakitan dan pengembangan varietas unggul padi hibrida yang lebih baik dan sesuai permintaan pasar perlu terus dilakukan.
“Pengembangan VUH menjadi pilihan yang kuat untuk mendukung swasembada beras berkelanjutan dan berkontribusi dalam peningkatan pendapatan petani, baik petani budidaya PH maupun petani penangkar benih F1 hibrida,” terangnya.
—