infomitratani.com, Jakarta—Musim panen padi tahun 2021 tengah berlangsung di sentra pangan. Petani berharap panen di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga surut tidak menambah duka, karena anjloknya harga gabah.
Untuk membantu petani agar tetap tersenyum menyambut panen, Kementerian Pertanian menerjunkan tim Serap Gabah Petani di seluruh daerah sentra padi yang harganya di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah). Tim tersebut dari pusat, pemerintah daerah, Perpadi dan Bulog.
Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, tim serap gabah ini tidak hanya bergerak menyerap gabah, tapi juga mencarikan solusi dari permasalahan petani di lapangan seperti inovasi pemupukan, benih, alsintan dan sebagainya.
“Kita lakukan secara sistematis dari provinsi kabupaten, kemudian turun ke kecamatan dan turun ke lapangan, dan penyerapan gabah sesuai kesepakatan bersama,” katanya saat FGD Gerakan Serap Gabah Petani yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (7/4).
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhammad Suyamto mengatakan, pihaknya menargetkan bisa menyerap sebanyak 500 ribu ton setara beras atau sekitar 1 juta ton gabah kering giling (GKG). “Untuk mendapatkan gabah tersebut, kami bekerjasama dengan penggilingan padi sebagai mitra dan dinas pertanian di daerah,” katanya.
Tahun ini, Bulog merencanakan bisa menyerap sebanyak 1,45 juta ton setara beras atau sekitar 3 juta ton GKG. Hingga kini menurut Suyamto, realisasi serapan gabah Bulog sudah mencapai 580 ribu ton setara beras. Rata-rata pemasukan perhari sebanyak 10-15 ribu ton setara beras atau 30 ribu ton gabah.
Dengan jumlah serapan gabah sebanyak itu, Suyamto berharap, stok cadangan beras pemerintah (CBP) pada akhir tahun 2021 akan mencapai 1-1,5 juta ton. Posisi stok CBP saat ini sudah mencapai 1,040 juta ton setara beras. “Ini sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Rakortas di Kemenko Perekonomian sebanyak 1-1,5 juta ton,” tuturnya.
Sesuai Peraturan Menteri Perdagngan No. 24 Tahun 2020 tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP), harga Gabah Kering Panen (GKP) dengan kadar air (KA) 25 persen dan kotoran 10 persen Rp 4.200/kg di tingkat petani dan di penggilingan Rp 4.250/kg.
Sedangkan Gabah Kering Giling (GKG) dengan KA 14 persen dan kadar hampa 3 persen, harganya Rp 5.250/kg (di penggilingan) dan Rp 5.300/kg (di gudang Bulog). Adapun harga beras dengan KA 14 persen, butir pecah 20 persen dan menir 2 persen, harganya Rp 8.300/kg.
Kebijakan yang pasti
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Pedagang Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengatakan, karena pengaruh iklim produksi padi kadang surplus dan minus, sehingga perlu kebijakan pengadaan gabah dan beras yang pasti. Selama ini ia menilai, kebijakan perberasan cenderung berubah.
“Salah satunya mengurangi penugasan Bulog untuk menyalurkan beras. Ini sama saja dengan mengurangi kekuatan Bulog sebai stabilisator. Untuk itu perlu kebijakan yang sinergis,” ujarnya.
Mantan Dirut Perum Bulog ini mengakui, waktu yang dimiliki Bulog untuk melakukan pengadaan atau penyerapan gabah petani tidak panjang. Sebab hanya berlangsung saat panen raya ketika terjadi penurunan harga gabah di petani.
“Jadi kapan pengadaan yang mesti pemerintah perhatian? Yakni saat puncak panen. Saat harga rendah, Bulog atau pemerintah harus beli. Saat harga tinggi, pemerintah harus operasi pasar. Konsep ini dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga beras,” tuturnya.
Adapun Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, BPPSDMP, Ir. Leli Nuryati,Msc mengatakan, sesuai RKP Kementan tahun 2021 penyuluh pertanian di seluruh daerah sentra produksi yang sedang memasuki masa panen ditugaskan menjalankan program sergap (serap gabah panen). “Penyuluh dapat bekerjasama dengan Bulog menyerap gabah hasil panen petani sesuai harga acuan,” katanya.
Sementara itu kalangan petani yakin tahun 2021 produksi padi akan lebih baik dibandingkan tahun 2020. Kondisi iklim sangat membantu peningkatan produksi tersebut. Wakil Sekretaris Jenderal KTNA, Zulharman Djusman mangatakan, saat ini petani hampir di seluruh Indonesia tengah panen.
Diantaranya, di Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat , NTB, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sultra, Kaltim dan Kalsel, bahkan sampai Papua.
“Saat ini sudah memasuki panen raya, kemungkinan sampai Mei 2021. Kalau dilihat dari panen kemarin (2020,red), tahun 2021 kita ada peningkatan, bahkan dibeberapa daerah ada kenaikan signifikan dibandingkan tahun 2020 kemarin. Saya kira tahun 2021 kita ada peningkatan, yang terbesar selama lima tahun ini,” katanya.
Produksi padi sudah terlihat, tinggal kinerja tim serap gabah yang harus optimal dilakukan Maret-April-Mei 2021 ini. Seperti yang diungkapkan Plt. KTNA Nasional, H.M Basjir D.A. “Diharapkan tim serap gabah yang telah dibentuk pemerintah ini bisa bekerja dengan optimal. Sabang sampai Papua sekarang sedang panen raya. Bahkan tahun 2021 ini merupakan panen raya terbesar yang petani dapatkan di daerah sentra pertanian,” bebernya.
KTNA sebagai mitra Kementerian Pertanian (Kementan) juga berterima kasih kepada Bulog yang terus melakukan serap gabah, hingga sekarang sudah mencapai 1 juta ton dan diperkirakan Mei 2021 nanti bisa terkumpul 1.5 juta ton.
“Kami akan tetap mengawal ketahanan pangan bersama sama Kementerian Pertanian. Di lapangan setiap bulannya kita lakukan pertemuan Kab/Kota,” bebernya.
Tak hanya itu, KTNA juga berterima kasih kepada Presiden RI, Joko Widodo yang telah meniadakan impor beras sampai Mei 2021 mendatang karena panen raya yang dilakukan petani.
—
sumber : TABLOIDSINARTANI.COM