infomitratani.com, Cirebon — Banyak cara yang bisa dilakukan petani untuk melakukan efisiensi biaya produksi pertanaman padi. Seperti yang dilakukan seorang petani asal Cirebon yang hanya menggunakan benih 5 kg/hektar dan dilakukan persemaian terlebih dahulu.
“Petani disini sudah terbiasa melakukan persemaian terlebih dahulu. Produksinya bisa mencapai 8-9 ton per hektar, benih dari yang biasanya 25 kg/hektar hanya perlu 5 kg per hektar saja,” ungkap Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi ditemani Ketua Poktan Sri Ganggong, Sadikin di Desa Jatianom-Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, Rabu (7/4).
Kreativitas dari Sadikin ini diapresiasi oleh Suwandi yang datang langsung melakukan panen dan komitmen serap gabah panen raya di sentra pertanian Pantura Jawa dimulai dari Karawang, Cirebon, dan Indramayu. Selain di sentra pertanaman padi lainnya di Jombang, Lampung dan lainnya.
Sadikin yang memimpin 60 orang petani dan mengelola 43 hektar ini mengaku menggunakan benih 5 kg per hektar sudah dilakukannya selama lebih dari 20 tahun. “Jaman orang tua dulu memang 20-25 kg per hektar, tetapi setelah masuknya petani muda dan inovasi pertanian, kami bisa menghemat menjadi hanya 5 kg/hektar saja,” jelas Sadikin saat Focus Group Discussion (FGD) Gerakan Serap Gabah : Angkat Harga, Peduli Petani.
Adapun varietas yang dominan digunakan Poktan Sri Genggong adalah varietas lokal seperti Cilamaya, Muncul dan Kebo untuk musim rendengan. Tapi, mereka juga menggunakan varietas Padi Ciherang karena memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan hama penyakit seperti wereng coklat biotipe 2 dan cukup tahan biotipe 3, serta tahan hawar daun bakteri strain III dan IV. Lahan milik Poktan Sri Genggong merupakan lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter diatas permukaan laut (dpl).
“Untuk semai 1 hektar kita cukup kebutuhan benihnya 5 kg, dengan catatan lahan persemaiannya diperluas. Saat tanam, umur semai yang bisa digunakan 20-24 hari. Jarak tanamnya pun kita menggunakan sistem tegel 40×40, sedangkan jajar legowo 30-40-60,” jelasnya.
Sadikin menambahkan dalam satu lubang, dirinya menggunakan 1-3 batang tanaman padi hasil semai. Sehingga nantinya anakan bisa tumbuh dalam satu lubang sekitar 30-40 anakan pada saat tanaman sudah tinggi, dan 60 anakan ketika masih fase vegetatif. “Tanaman bisa dipanen pada 87-93 hari untuk Inpari dan IR, sedangkan untuk varietas lokal butuh 115-120 hari. Rata-rata produksi 8-9 ton per hektar,” jelasnya.
Pakai Alsintan
Setiap panen, petani di Kecamatan Susukan sudah terbiasa menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester yang disewa. Bahkan, beberapa operator alsintan sewaan seringkali roadshow di daerah pertanaman padi saat panen raya.
Seperti yang dilakukan operator Alsintan Ardi yang jauh-jauh datang dari Demak untuk menyewakan combine harvester kepada petani Susukan saat panen raya. “Sehari bisa 3-4 hektar lahan panen yang menyewa. Per hari bisa dapat Rp 2 juta. Disini (Di Cirebon) sudah 6 hari,” tuturnya.
Ongkos sewa alsintan diungkapkan Ardi berbeda-beda tergantung daerahnya. Contohnya di Mojokerto, petani biasa sewa dengan hitungan bata. “Per bata sewanya Rp 550 ribu. Kalau satu hektar, tinggal dikali 7 saja,” tambahnya. Diakuinya kualitas gabah dari Cirebon bagus, berisi dan bernas, seperti hasil panen dari Kudus dan Purwodadi.
===
sumber : TABLOIDSINARTANI.COM