TABLOIDSINARTANI.COM, Malang — Musim hujan adalah musim menanam dan disaat itulah petani paling membutuhkan pupuk bersubsidi yang seringkali mendadak hilang dari peredaran. Padahal dari pusat (Kementerian Pertanian) dan stakeholder PT Pupuk Indonesia sudah memastikan pupuk didapatkan petani sesuai jumlahnya. Namun dengan cara aktif penyuluh dan pengurus Kelompok Tani (Poktan) di Desa Putukrejo, Kab Malang, petani dipastikan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Keberadaan pupuk, yakni pupuk bersubsidi adalah sangat vital karena dari sanalah pertumbuhan aneka komoditas tanaman, baik pangan, hortikultura dan perkebunan cukup bergantung. Jika pupuk bersubsidi selalu ada, maka petani seperti sudah menyelesaikan setengah persoalannya. Urea, ZA, NPK dan pupuk organik adalah jaminan mutu sementara ini yang masih terus diandalkan untuk mendongkrak produktivitas aneka komoditas.
Namun sekarang ini, petani dihadapkan pada masa transisi dalam pemberlakuan kartu tani dan penebusannya sendiri dilakukan secara manual maka pengurus kelompok tani mesti lebih gesit bergerak. Mengapa demikian? Iya sistem penebusan manual mensyaratkan petani tanda tangan lagi di lembar formulir penebusan manual. Belum lagi jika sedang musimnya penebusan, pupuk sudah harus disiapkan lebih dahulu. Ini mensyaratkan gotong-royong dan kebersamaan dalam kelompok tani.
Memahami situasi yang mengharuskan kebersamaan tersebut, pengurus kelompok tani Setya Budi Dusun Krajan III Desa Putukrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang bersama penyuluh pertanian setempat sepakat untuk lebih intensif dalam berkoordinasi. Sunaji dan Abdul Azis sebagai duo pengurus yang sangat aktif bergerak.
“Saat ini anggota poktan sangat butuh pupuk urea dan NPK karena sebagian sudah tanam padi dan jagung. Tanaman tebu pun juga membutuhkan pupuk ZA dan pupuk organik. Untung kebersamaan bisa dipertahankan sehingga penebusan bisa dilakukan,” tutur Sunaji yang sangat menginginkan adanya kios pupuk bersubsisi di desanya.
Hal yang sama disampaikan H. Abdul Azis, sebagai kompatriot Sunaji yang mengatur 2 lokasi penebusan pupuknya. “Di tempat saya untuk RT 13, 14, 15 dan 16 kurang lebih ada 150 an petani. Sedang di tempat Sunaji untuk droping di RT 17, 18, 19 dan 20 dengan jumlah petani berkisar 200 an. Ini juga agar model penebusannya lebih ringan dengan memilih 2 lokasi. Ke depan kita ingin ada kios pupuk bersubsidi sendiri di Desa Putukrejo. Jika syaratnya ada kelompok tani dan lahan, tentu kita 1 desa ada 6 kelompok tani dan lahan lebih dari 700 ha,” pungkas Azis.
Untuk diketahui, Pupuk bersubsidi pemerintah yang alokasinya melalui E-RDKK ini didistribusikan melalui produsen, distributor, kios dan kelompok tani sebelum ke pengguna akhir yaitu petani. Kelompok tani sebagai garda depan dalam penebusan tentu ingin mendapatkan pupuk dalam jumlah cukup dan pada saat dibutuhkan. Sisi positifnya adalah saat ini pembangunan infrastruktur telah merata sehingga jalan-jalan sudah semakin bagus dan lancar dilewati. Hal ini tentu akan semakin memperlancar distribusi pengangkutan pupuk dari produsen hingga petani.
Berkaca dari Desa Putukrejo yang belum memiliki kios, namun hingga saat ini pengiriman distribusinya cukup lancar kepada pengurus Poktan karena adanya peranan aktif dari pengurus poktan bersama penyuluhnya. Tetapi mereka tetap menginginkan 1 desa 1 kios pupuk bersubsidi, yang bisa dikelola oleh Gapoktan atau BUMDES atau koperasi. Sehingga menjadikan upaya memeratakan potensi yang ada di masing-masing desa.