Saat ini harga cabai rawit di pasar induk menyentuh Rp 110 ribu per kg.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menyatakan, situasi produksi cabai dalam tiga hari terakhir mengalami gangguan. Itu menyebabkan terganggunga distribusi pasokan cabai ke pasar lokal maupun pasar induk.
“Pasar terganggu akibat banyak banjir. Ada juga barang sudah siap tapi tidak diambil. Jadi ini terganggu sekali,” kata Ketua AACI, Abdul Hamid kepada Republika.co.id, Ahad (21/2).
Ia mengatakan, pasokan cabai yang seharusnya dipanen oleh petani mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi di banyak daerah. Itu alhasil meningkatkan harga dari tingkat petani.
Abdul menuturkan, akibat bencana yang melanda sentra-sentra produksi, prediksi harga cabai yang semula seharusnya turun pada awal Februari meleset. “Prediksi kita jadi hilang karena rencananya harga turun ternyaa tidak bisa. Kondisinya memang berubah semua,” katanya.
Saat ini harga cabai rawit di tingkat petani tembus Rp 85 ribu per kilogram (kg) sehingga harga riil di pasar induk menyentuh Rp 110 ribu per kg. “Kalau sekarang ada harga cabai rawit di konsumen Rp 80 ribu, itu sudah murah,” katanya.
Adapun cabai merah keriting dari petani berkisar Rp 45 ribu-Rp 50 ribu sedangkan di pasar induk mencapai Rp 60 ribu per kg. Sementara itu, cabai merah besar masih dihargai Rp 35 ribu per kg dan di pasar Rp 45-50 ribu per kg.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menyatakan akan melakukan gerakan tanam sebagai solusi jangka pendek mengatasi gangguan produksi. Abdul mengatakan, petani harus mendapatkan bantuan jika ingin melalukan gerakan tanam.
Pasalnya, modal petani cukup terbatas akibat kerugian yang dialami dari bencana banjir. Selain itu, diharapkan ada kemudahan untuk mengakses kredit perbankan untuk kegiatan usaha petani cabai.